Desaku
Namaku
Yani aku berasal dari desa kecil. Desaku sangatlah indah pemandangannya juga
masih indah dan juga masih sangat asri. Aku lahir dan dibesarkan di desa ini.
Aku dari keluarga yang sederhana. Aku
mempunyai tetangga orang kaya dan mereka sangatlah baik. Mereka juga mempunyai
anak semata wayang nya, namanya Febri yang seumuran denganku.
Kami selalu bermain bersama di lapangan dengan
teman sepermainan kami, bercerita, dan kami selalu bersama seperti takkan ada
yang memisahkan kita. Yah bisa dibilang Febri seperti saudaraku sendiri walau
kami sama sama tak punya saudara.
Tak
terasa aku dan Febri tumbuh besar bersama dan sudah tidak terasa umur kami
sudah menginjak remaja. Dan sesuatu mulai terfikirkan di benakku apakah setelah
Febri dewasa, ia akan meninggalkan aku seperti penduduk desa yang lain dan
pergi ke kota untuk mencari peruntunggannya.
Hari
demi hari aku merasa pikiran ini sangatlah mengganggu diriku sendiri. Sangatlah
mengganjal dalam hati. Jujur saja aku sangat takut membayangkan jka Febri harus
meninggalkan diriku
Hmm..
mungkin aku harus bertanya sendiri kepada Febri besok, kataku dalam benakku
Embun
pagi mulai terasa, sang surya telah kembali menyinari dunia kecilku. Aku pun
segera bangun dan mulai mandi karena hari ini aku berencana untuk ke taman
bersama Febri.
Aku
pun bersiap siap dan seperti biasa aku juga harus berpamitan kepada kedua orang
tua ku. Jika tidak ibuku bisa menjemurku di lapangan karena aku lupa
berpamitan.
“Ibu,
ayah aku ke taman bersama Febri yah seperti biasa” pamitku
“iya
nak tapi jangan lupa waktu yah!” balas ibuku
“iya
bu aku pergi dulu yah” kataku sambil keluar rumah